cursor

Rabu, 05 Maret 2014

FENOMENA MANUSIA DAN ALAYA VIJNANA

PEMBAHASAN
FENOMENA MANUSIA DAN ALAYA VIJNANA
(gudang kesadaran asal)

 MASALAH TERBESAR DALAM KEHIDUPAN MANUSIA. Adalah fenomena kehidupan manusia yang sengaja memuat tentang seseorang yang meninggalkan badannya atau menghembuskan nafasnya yang terakhir, Alaya-Vijnana (gudang kesadaran asal). Manusia terdiri dari badan jasmani dan alaya vijnana (gudang kesadaran asal). Alaya-Vijnana tidak akan musnah sedangkan badan jasmani adalah materi seperti halnya rumah atau mesin. Semua materi mengalami pembentukan, bertahan, rusak, dan akhirnya musnah, beitu pula dengan badan manusia mangalami kelahiran, menjadi tua, sakit, dan akhirnya mati. Setelah alaya vijnana benar-benar meninggalkan badan, barulah seseorang disebut mati. Namun sesungguhnya yang mati adlah badan, bukan alaya vijnana.

Walaupun jantung dan nafas seseorang telah berhenti, alaya vijnananya belum tentu meninggalkan badannya. Bila ada pertanyan kapankah alaya vijnana seseorang itu meninggalkan badannya ? Ada yang segera meninggalkan badannya daapul yang sampai satu atau dua hari baru meninggalkan badannya. Namun kedua hal tersebut jarang terjadi , umumnya antara sepuluh hingga dua belas jam.
Ada pula orang yang hidup kembali setelah "meninggal" beberapa hari. Ini bisa disebabkan oleh dua hal :
  1. Alaya Vijnana nya belum pergi.
  2. Alaya Vijnana nya yang sudah pergi datang kembali
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas hendaknya kita berlaku hati-hati sekali dalam mengurus masalah besar yang sedang dihadapi oleh orang yang meninggal. Umumnya orang yang sudah berhenti bernafas dianggap telah mati, sehingga dengan seenaknya kita mengurus jasad yang kita kira sudah tidak ada alaya vijnana nya itu. Akibatnya ia menjadi sangat menderita. Diharapkan tulisan ini dapat membangkitkan kita untuk memberi perhatian besar terhadap orang yang meninggal.
Alaya vijnana tidak akan musnah, maka kita seharusnya lebih mementingkan keadaan alaya vijnana orang yang akan meninggal. Harus bagaimanakah supaya alaya vijnananya tenang dan tidak menderita? Apa yang diharapkan oleh alaya vijnana tersebut? Harus kemana kita bimbing alaya vijnananya setelah seeorang "meninggal" ?Harus berbuat apa supaya bermanfaat bagi alaya vijnananya? Tindkan apa yang dapat membahayakan alaya vijnananya? Pertanyaan pertanyaan inilah yang sangat perlu diperhatikan? Walaupun manusia memiliki kepandaian, tetapi umumnya mereka tidak mengerti mengenai masalah besar yang dihadapi manusia di saat menjelang kematian. Mereka pada umumnya hanya mementingkan pengurusan dukacita yang tampak megah. Tanpa sadar merekatelah mengabaikan tindakan dan kadan yang dibutuhkan oleh alaya vijnana orang yang "meninggal". Karena ketidaktahuan ini maka kita melakukan tindakan salah, yang menyebabkan orang yang "meninggal" menjadi sangat menderita. Bahwa sebagai orang yang hidup tidak jelas akan ketidaktahuan nya dalam masalah tersebut, bukankah hal ini karena kebodohan kita?
Masalah besar yang terakhir dari kehidupan manusia ini sangat penting, baik bagi kita maupunbagi sanak keluarga yang meninggal. Disini akan dijelaskan dua hal penting yang perlu kita perhatikan, dalam mengurus seseorang yang sedang menghadapi kematin, yaitu :
  1. Meskipun jantung dan nafas orang tersebut sudah berhenti, alaya vijnana nya belum meninggalkan badan nya. Bukan saja perasaannya masih dalam masa kritis, perasaan alaya vijnana nya bagaikan kura-kura yang dikupas kulitnya hidup-hidup, bukan main menderitanya. Oleh sebab itu, kita harus lebih hati-hati menanganinya. Sebelum alaya vijnananya meninggalkan badannya, berikanlah ketenangandan keheningan yang cukup kepadanya. Jangan segera menindahkan nya dan jangan menangis agar tidak menambh penderitaannya.
  2. Kita perlu memperhatikan kemana perginya alaya vijnana seseorang setelah "meninggal". Apakah membiarkan alaya vijnananya mengikuti keuatan karma baik atau buruk yang dilakukan semasa hidupnya, atau membimbing alaya-vijanana nya meninggalkan triloka ini agar mendapatkan kebahagiaan dan kebebasan sejati?
Namun kedua hal ini pada umum nya sering diabaikan orang. Mereka tidak mengetahui alay vijnana orang meninggal belum terlepas dari tubuh. Mereka tidak mengetahui penderitaan yang sedan dialami oleh yang meninggal. Mereka tidak mengerti apa yang harus dilakukan untuk menolong. Mereka tidak mengerti bahwa mengurus orang yang meninggal perlu pengawasan terhadap tindakan-tindakanapa yang tidak seharusnya dilakukan, pun jangan tidak melakukan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan. Mereka menganggap bahwa kematian bukanlah suatu masalah yang besar. Mereka hanya memikirkan agar masalah tersebut segera berakhir dan tidak mementingkan apakah perbuatan mereka salah atau benar!. Bukankah hal ini menunjukkan sikap yang tidak berbakti dan tidak bertanggung jawab?
“Oleh karena itu, dengan adanya tulisan ini di harapkan agar umat awam dapat mengetahui dan menyadari bahwa kematian adalah suatu masalah yang paling besar dalam kehidupan manusia. Hanya dengan mengetahui ajaran Buddha, barulah kita dapat memberikan tindakan yang tepat dan berfaedah kepada yang "meninggal.
Jika anda masih meragukan hal ini, silahkan anda tanya kepada bhiksu-bhiksuni penceramah. Dengan berbuat demikian tidak hanya akan menghilangkan keraguan, bahkan dapat menambah pengetahuan dan memperteguh keyakinan anda. Untuk kepentingan orang yang akan meninggal, bolehkah kita berbuat sesukanya? Selanjutnya akan di terangkan satu persatu perihal sebelum dan sesudah kematian seseorang sebagai berikut :

A.  NAFAS SUDAH BERHENTI, ALAYA VIJNANA BELUM PERGI
Ketika seseorang "meninggal", alaya vijnana nya belum pergi dan masih ada perasaan. Kita harus menungu sampai seluruh badannya betul-betul dingin, agar yakin bahwa alaya vijnana telah meninggalkan badannya. Dalam keadaan demikian seseorang baru dapat dinyatakan telah meninggal dunia. Pada saat seseorang telah menghembuskan nafasnya yang terakhir, namun sebelum alaya vijnana nya pergi, disitulah alaya vijnana mengalami penderitaan yang hebat. Ada yang ketakutan meliat musuhnya, ada yang menangis karena hal-hal yang menyedihkan di masa yang yang lampau atau karena harapan nya tidak tercapai. Ada juga yang gelisah karena masih terikat dan tidak rela meninggalkan harta benda atau yang dicintainya. Pkoknya ketika itu ia mengalami berbagai macam penderitaan, perasaan takut, sedih dan gelisah, sehingga meninggal dengan tidak tenang dan tidak rela dengan menutup matanya . jika ditambah lagi dengan pemindahan jasad serta mendengar suara tangisan, maka akan menambah penderitaan dan keterikatannya. Sampai hatikah kita menambah lagi penderitaannya?. Umat awan tidak tahu, mereka mengira orang yang berhenti bernafas berarti sudah mati. Sering karena salah pengertian inilah mengakibatkan kesalahan besar. Kalau kita sebagai anak cucu yang berbakti tidak boleh tidak mengetahui hal itu.
Kesalahan umum yang sering dilakukan adalah begitu orang menghembuskan nafasnya yang terakhir, mereka segera menangis sambil berteriak, mengusap badannya, mengguncang -guncang badannya, sembarangan memandikan dan menukarkan pakaian serta memindahkannya sebelum badannya dingin betul, atau menyuntikkan obat pengawet. Selain itu, suntikan atau rangsangan listrik untuk menguatkan atau merangsang jantung ketika seseorang dalam keadaan koma juga berpengaruh buruk untuk yang "meninggal". Alaya vijnana dari orang yang meninggal tersebut boleh dikatakan menerima berbagai siksaan yang luar biasa, bagaikan kura-kura yang dikupas kulitnya hidup-hidup.
Jika orang hidup tentunya akan berteriak minta tolong atau melawan, tetapi orang yang meninggal tidak bisa melakukannya, mulutnya sudah tak berdaya untuk menyatakan penderitaan hebatyang sedang dialaminya. Disebabkan kita tidak mempunyai pengetahuan tentang orang yang menjelang ajal, lalu kita melakukan hal-hal yang mengakibatkan penderitaan besar, bukankah ini suatu hal yang menyakitkan hati ? Karena orang yang meninggal itu menerima berbagai penderitaan, lalu timbul kemarahan dan kebenciannya, sehingga alaya vijnana nya terjerumus kedalam kesengsaraan. Inikah tindakan kita sebagai anak cucu yang berbakti ?
Karena itu, kami menghimbau apabila seseorang jantungnya sudah tidak berdetak, selama spuluh sampai duabelas jam, ruangan dimana orang tersebut berbaring suasananya harus dijga agar tetap tenang dan hening. Jangan sampai terjadi tindakan yang telah diuraikan di atas, untuk menghindari hal-hal yang bisa mencelakakan orang yang meninggal. Jagalah keselamatan dan ketenangan alaya vijnananya. Sikap tidur orang meninggal biarkan sebagaimana adanya, jangan diusik. Kira-kira sepuluh sampai dua belas jam kemudian, setelah tubuhnya dingin, barulah kita melapnya dengan handuk hangat pada bagian persendian, sehingga bisa menggerakkannya. Sebelum sepuluh sampai duabelas jam, jangan meraba-raba tubuhnya untuk mengetahui apakah sudah dingin atau belum? Jangan membiarkan lalat atau nyamuk hinggap di tubuh nya, dan usahakan agar dalam ruangan itu tidak ada yang menangis atau berbicara.
Gunakanlah waktu sepuluh atau duabelas jam untuk melakukan tindakan yang bermanfaat, membimbing alaya vijnana yang meningal ke arah jalan yang terang, supaya terakhir di alam yang lebih bahagia. Ini adalah kewajiban keluarga yang berduka dan juga merupakan salah satu cara sebagai anak cucu yang berbakti.

B.  KAPAN ALAYA-VIJNANA MEINGGALKAN BADANNYA
Cepat lambatnya alaya vijnana seseorang meninggalkan badan jasmaninya, erat sekali hubungan dengan perilakunya sewaktu masih hidup. Singkat kata, alaya vijnana dari orang yang sangat baik dan sangat jahat akan paling cepat meninggalkan badannya, sedangkan alaya vijnana orang yang tidak terlalu baik dan tidak terlalu jahat agak lama meninggalkan badannya. Misalnya orang yang setia serta berbakti kepada negara dan orang tua, berjiwa welas asih, tidak suka membunuh, suka menolong makhluk lain, karena semangat kesetiannya bangkit, ia akan langsungn lahir di alam yang lebih baik, maka alaya-vijnana cepat meninggalkan tubuhnya. Begitu pula oarang yang sangat jahat, kejam biadab, durhaka, banyak melakukan pembunuhan, karena batinnya kotor, ia akan langsung terjerumus ke alam yang rendah, maka alaya-vijnananya juga cepat meninggalkan tubuhnya.
Orang yang tida terlalu baik dan tidak terlalu jahat, alaya-vijnana nya agak lambat meningalkan badannya. Namun cepat atau lambat perginya alaya vijnana seseorang msing-masing berbeda, diperkirakan memakan waktu antara sepuluh hingga duabels jam. Dan setelah meninggal, ia tidak segera lahir kembali, tetapi alaya vijanananya harus menunggu antara 7 hinga7 X 7 hari, baru terlahir sesuai dengan karmanya. Boleh dikatakan, bahwa bagian badan yang terakhir menjadi dingin itulah bagian terakhir yang ditinggalkan oelh alaya-vijnana, namun janganlah meraba-rabanya dikarenakan ingin tahu. Yang dimaksud antara sepuluh hingga duabelas jam, hanya perkiraan pada keadaan umum. Keadaan cuaca ditempatnya juga akan ikut mempengaruhi, jika cuaca lebih panas maka akan lebih cepat dan sebaliknya. Waktu diperpendek atau diperpanjangsesuai dengan keadaan cuaca di tempat tersebut.

C. KEMANA PERGINYA ALAYA-VIJNANA SETELAH MENINGGALKAN BADAN
Di antara alam semesta yang tidak terbatas dan waktu yang tiada ujung pangkalnya, segala keadaan yang dirasakan oleh alaya vijnana juga tidak terbatas. Secara garis besar dapat dikatakan terbagi menjadi sepuluh keadan yaitu :
  1. Empat keadaan bagi orang suci
  2. Enam keadaan bagi orang awam
Alaya-Vijnana dari sepuluh macam keadaan ini sama, perbedaannya hanya terletak pada kesadaran yang suci dengan ketidaksadaran yang ternoda, sehingga adanya perbedaan antara yang suci dengan yang awam, serta yang terbebaskan dengan yang terikat. Karena adanya perbedaan baik dan buruk dari kekuatan karma seseorang, maka terjadi perputaran kelahiran dan kematian yang tiada habisnya. Itulah sebabnya dikatakan Dharmadhatu hanyalah alaya vijnana belaka. Ini menerangkan bahwa menjadi suci atau menjadi awam, mendapat kebahagiaan dan kebebasan atau penderitaan dan keterikatan dari karmavarana (rintangan yang disebabkan oleh karma), semuanya karena perbuatan pikiran (mano karma). Pikiranlah yang menentukan dan itulah sebabnya dikatakan segala sesuatu diciptakan oleh pikiran.
Namun sekarang dalam masa kaliyuga (masa dunia yang keempat, sebagai masa yang paling buruk) ini kalau mengandalkan kekuatan pribadi untuk mencapai kesucian dalam 10 milyar orang yang melatih diri. Umat manusia sekarang telah dipenuhi oleh kebodohan, pandangannya sesat, karma buruknya berat, kebahagiaannya tipis, hambatan nya banyak, kebijaksanaannya dangkal. Dengan demikian apakah kita harus selamanya terjerumus dalam perputaran kelahiran dan kematian di trikola ini?
Buddha Sakyamuni karena welas asih Nya kepada umat manusia yang hidup dimasa kaliyuga ini, secara khusus mengajarkan cara yang praktis, yaitu berupa pengulangan nama Buddha dengan mudah dan terjamin. Beliau mengatakan, bahwa di sebeleah Barat tereapat Buddha yang bernama Amitabha,yang memiliki kekuatan tekad yang maha besar. Baik yang pintar maupun yang bodoh, baik yang berbudi maupun yang semula berbuat jahat. Pendek kata semua makhluk hidup, asalkan mau berbuat kebaikan dengan keyakinan penuh dan tekad yang teguh serta bersungguh-sungguh mengulang nama Buddha Amitabha dan sepenuh hati memohon supaya dapat dilahirkan di Sukhavati di sebelah Barat, maka ketika sampai waktunya, Buddha Amitabha beserta para suciawan akan datang menjemputnya. Ia akan segera terlahir di alam Buddha, terlahir dari bunga teratai, usianya tidak terbatas, selamanya terhindar dari penderitaan kelahiran dan kematian, sertra menikmati kebahagian yang luar biasa.
Maka dikatakan sebelum dan sesudah seseorang meninggal, tidak boleh sembarangan di pindahkan dan ditangisi. Kawan dan kerabatnya harus menjaga ketenangan di sekitarnya serta bersama-sama membaca nama Buddha Amitabha, sehingga dapat membimbing alaya- vijnana yang meninggal untuk terlahir di Sukhavati di sebelah Barat.

1 komentar: