PEMBAHASAN
FENOMENA
MANUSIA DAN ALAYA VIJNANA
(gudang kesadaran asal)
MASALAH TERBESAR
DALAM KEHIDUPAN MANUSIA. Adalah fenomena kehidupan manusia yang sengaja memuat
tentang seseorang yang meninggalkan badannya atau menghembuskan nafasnya yang
terakhir, Alaya-Vijnana (gudang kesadaran asal). Manusia terdiri dari badan
jasmani dan alaya vijnana (gudang kesadaran asal). Alaya-Vijnana tidak akan
musnah sedangkan badan jasmani adalah materi seperti halnya rumah atau mesin.
Semua materi mengalami pembentukan, bertahan, rusak, dan akhirnya musnah, beitu
pula dengan badan manusia mangalami kelahiran, menjadi tua, sakit, dan akhirnya
mati. Setelah alaya vijnana benar-benar meninggalkan badan, barulah seseorang
disebut mati. Namun sesungguhnya yang mati adlah badan, bukan alaya vijnana.
Walaupun jantung dan nafas seseorang telah berhenti, alaya
vijnananya belum tentu meninggalkan badannya. Bila ada pertanyan kapankah alaya
vijnana seseorang itu meninggalkan badannya ? Ada yang segera meninggalkan
badannya daapul yang sampai satu atau dua hari baru meninggalkan badannya.
Namun kedua hal tersebut jarang terjadi , umumnya antara sepuluh hingga dua
belas jam.
Ada
pula orang yang hidup kembali setelah "meninggal" beberapa hari. Ini
bisa disebabkan oleh dua hal :
- Alaya Vijnana nya belum pergi.
- Alaya Vijnana nya yang sudah pergi datang kembali
Berdasarkan
kenyataan tersebut di atas hendaknya kita berlaku hati-hati sekali dalam
mengurus masalah besar yang sedang dihadapi oleh orang yang meninggal. Umumnya
orang yang sudah berhenti bernafas dianggap telah mati, sehingga dengan
seenaknya kita mengurus jasad yang kita kira sudah tidak ada alaya vijnana nya
itu. Akibatnya ia menjadi sangat menderita. Diharapkan tulisan ini dapat
membangkitkan kita untuk memberi perhatian besar terhadap orang yang meninggal.
Alaya vijnana tidak akan musnah, maka kita seharusnya lebih
mementingkan keadaan alaya vijnana orang yang akan meninggal. Harus
bagaimanakah supaya alaya vijnananya tenang dan tidak menderita? Apa yang
diharapkan oleh alaya vijnana tersebut? Harus kemana kita bimbing alaya vijnananya
setelah seeorang "meninggal" ?Harus berbuat apa supaya bermanfaat
bagi alaya vijnananya? Tindkan apa yang dapat membahayakan alaya vijnananya?
Pertanyaan pertanyaan inilah yang sangat perlu diperhatikan? Walaupun manusia
memiliki kepandaian, tetapi umumnya mereka tidak mengerti mengenai masalah
besar yang dihadapi manusia di saat menjelang kematian. Mereka pada umumnya
hanya mementingkan pengurusan dukacita yang tampak megah. Tanpa sadar
merekatelah mengabaikan tindakan dan kadan yang dibutuhkan oleh alaya vijnana
orang yang "meninggal". Karena ketidaktahuan ini maka kita melakukan
tindakan salah, yang menyebabkan orang yang "meninggal" menjadi
sangat menderita. Bahwa sebagai orang yang hidup tidak jelas akan ketidaktahuan
nya dalam masalah tersebut, bukankah hal ini karena kebodohan kita?
Masalah besar yang terakhir dari kehidupan manusia ini
sangat penting, baik bagi kita maupunbagi sanak keluarga yang meninggal. Disini
akan dijelaskan dua hal penting yang perlu kita perhatikan, dalam mengurus seseorang
yang sedang menghadapi kematin, yaitu :
- Meskipun jantung dan nafas orang tersebut sudah berhenti, alaya vijnana nya belum meninggalkan badan nya. Bukan saja perasaannya masih dalam masa kritis, perasaan alaya vijnana nya bagaikan kura-kura yang dikupas kulitnya hidup-hidup, bukan main menderitanya. Oleh sebab itu, kita harus lebih hati-hati menanganinya. Sebelum alaya vijnananya meninggalkan badannya, berikanlah ketenangandan keheningan yang cukup kepadanya. Jangan segera menindahkan nya dan jangan menangis agar tidak menambh penderitaannya.
- Kita perlu memperhatikan kemana perginya alaya vijnana seseorang setelah "meninggal". Apakah membiarkan alaya vijnananya mengikuti keuatan karma baik atau buruk yang dilakukan semasa hidupnya, atau membimbing alaya-vijanana nya meninggalkan triloka ini agar mendapatkan kebahagiaan dan kebebasan sejati?
Namun kedua hal ini pada umum nya sering diabaikan orang.
Mereka tidak mengetahui alay vijnana orang meninggal belum terlepas dari tubuh.
Mereka tidak mengetahui penderitaan yang sedan dialami oleh yang meninggal.
Mereka tidak mengerti apa yang harus dilakukan untuk menolong. Mereka tidak
mengerti bahwa mengurus orang yang meninggal perlu pengawasan terhadap
tindakan-tindakanapa yang tidak seharusnya dilakukan, pun jangan tidak
melakukan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan. Mereka menganggap bahwa
kematian bukanlah suatu masalah yang besar. Mereka hanya memikirkan agar
masalah tersebut segera berakhir dan tidak mementingkan apakah perbuatan mereka
salah atau benar!. Bukankah hal ini menunjukkan sikap yang tidak berbakti dan
tidak bertanggung jawab?
“Oleh karena itu, dengan adanya
tulisan ini di harapkan agar umat awam dapat mengetahui dan menyadari bahwa
kematian adalah suatu masalah yang paling besar dalam kehidupan manusia. Hanya
dengan mengetahui ajaran Buddha, barulah kita dapat memberikan tindakan yang
tepat dan berfaedah kepada yang "meninggal.
Jika anda masih meragukan hal ini, silahkan anda tanya
kepada bhiksu-bhiksuni penceramah. Dengan berbuat demikian tidak hanya akan
menghilangkan keraguan, bahkan dapat menambah pengetahuan dan memperteguh
keyakinan anda. Untuk kepentingan
orang yang akan meninggal, bolehkah kita berbuat sesukanya? Selanjutnya akan di
terangkan satu persatu perihal sebelum dan sesudah kematian seseorang sebagai
berikut :
A. NAFAS SUDAH BERHENTI, ALAYA VIJNANA BELUM PERGI
Ketika seseorang "meninggal", alaya vijnana nya
belum pergi dan masih ada perasaan. Kita harus menungu sampai seluruh badannya
betul-betul dingin, agar yakin bahwa alaya vijnana telah meninggalkan badannya.
Dalam keadaan demikian seseorang baru dapat dinyatakan telah meninggal dunia. Pada saat seseorang telah menghembuskan
nafasnya yang terakhir, namun sebelum alaya vijnana nya pergi, disitulah alaya
vijnana mengalami penderitaan yang hebat. Ada yang ketakutan meliat
musuhnya, ada yang menangis karena hal-hal yang menyedihkan di masa yang yang
lampau atau karena harapan nya tidak tercapai. Ada juga yang gelisah karena
masih terikat dan tidak rela meninggalkan harta benda atau yang dicintainya.
Pkoknya ketika itu ia mengalami berbagai macam penderitaan, perasaan takut,
sedih dan gelisah, sehingga meninggal dengan tidak tenang dan tidak rela dengan
menutup matanya . jika ditambah lagi dengan pemindahan jasad serta mendengar
suara tangisan, maka akan menambah penderitaan dan keterikatannya. Sampai
hatikah kita menambah lagi penderitaannya?. Umat awan tidak tahu, mereka
mengira orang yang berhenti bernafas berarti sudah mati. Sering karena salah
pengertian inilah mengakibatkan kesalahan besar. Kalau kita sebagai anak cucu
yang berbakti tidak boleh tidak mengetahui hal itu.
Kesalahan umum yang sering dilakukan adalah begitu orang
menghembuskan nafasnya yang terakhir, mereka segera menangis sambil berteriak,
mengusap badannya, mengguncang -guncang badannya, sembarangan memandikan dan
menukarkan pakaian serta memindahkannya sebelum badannya dingin betul, atau
menyuntikkan obat pengawet. Selain itu, suntikan atau rangsangan listrik untuk
menguatkan atau merangsang jantung ketika seseorang dalam keadaan koma juga
berpengaruh buruk untuk yang "meninggal". Alaya vijnana dari orang
yang meninggal tersebut boleh dikatakan menerima berbagai siksaan yang luar
biasa, bagaikan kura-kura yang dikupas kulitnya hidup-hidup.
Jika
orang hidup tentunya akan berteriak minta tolong atau melawan, tetapi orang
yang meninggal tidak bisa melakukannya, mulutnya sudah tak berdaya untuk
menyatakan penderitaan hebatyang sedang dialaminya. Disebabkan kita tidak
mempunyai pengetahuan tentang orang yang menjelang ajal, lalu kita melakukan
hal-hal yang mengakibatkan penderitaan besar, bukankah ini suatu hal yang
menyakitkan hati ? Karena orang yang meninggal itu menerima berbagai
penderitaan, lalu timbul kemarahan dan kebenciannya, sehingga alaya vijnana nya
terjerumus kedalam kesengsaraan. Inikah tindakan kita sebagai anak cucu yang
berbakti ?
Karena itu, kami menghimbau apabila seseorang jantungnya
sudah tidak berdetak, selama spuluh sampai duabelas jam, ruangan dimana orang
tersebut berbaring suasananya harus dijga agar tetap tenang dan hening. Jangan
sampai terjadi tindakan yang telah diuraikan di atas, untuk menghindari hal-hal
yang bisa mencelakakan orang yang meninggal. Jagalah keselamatan dan ketenangan
alaya vijnananya. Sikap tidur orang meninggal biarkan sebagaimana adanya,
jangan diusik. Kira-kira sepuluh sampai dua belas jam kemudian, setelah
tubuhnya dingin, barulah kita melapnya dengan handuk hangat pada bagian
persendian, sehingga bisa menggerakkannya. Sebelum sepuluh sampai duabelas jam,
jangan meraba-raba tubuhnya untuk mengetahui apakah sudah dingin atau belum?
Jangan membiarkan lalat atau nyamuk hinggap di tubuh nya, dan usahakan agar
dalam ruangan itu tidak ada yang menangis atau berbicara.
Gunakanlah waktu sepuluh atau duabelas jam untuk melakukan
tindakan yang bermanfaat, membimbing alaya vijnana yang meningal ke arah jalan
yang terang, supaya terakhir di alam yang lebih bahagia. Ini adalah kewajiban
keluarga yang berduka dan juga merupakan salah satu cara sebagai anak cucu yang
berbakti.
B. KAPAN ALAYA-VIJNANA MEINGGALKAN BADANNYA
Cepat lambatnya alaya vijnana seseorang meninggalkan badan
jasmaninya, erat sekali hubungan dengan perilakunya sewaktu masih hidup.
Singkat kata, alaya vijnana dari orang yang sangat baik dan sangat jahat akan
paling cepat meninggalkan badannya, sedangkan alaya vijnana orang yang tidak
terlalu baik dan tidak terlalu jahat agak lama meninggalkan badannya. Misalnya orang yang setia serta berbakti
kepada negara dan orang tua, berjiwa welas asih, tidak suka membunuh, suka
menolong makhluk lain, karena semangat kesetiannya bangkit, ia akan langsungn
lahir di alam yang lebih baik, maka alaya-vijnana cepat meninggalkan tubuhnya.
Begitu pula oarang yang sangat jahat, kejam biadab, durhaka, banyak melakukan
pembunuhan, karena batinnya kotor, ia akan langsung terjerumus ke alam yang
rendah, maka alaya-vijnananya juga cepat meninggalkan tubuhnya.
Orang yang tida terlalu baik dan tidak terlalu jahat,
alaya-vijnana nya agak lambat meningalkan badannya. Namun cepat atau lambat
perginya alaya vijnana seseorang msing-masing berbeda, diperkirakan memakan
waktu antara sepuluh hingga duabels jam. Dan setelah meninggal, ia tidak segera
lahir kembali, tetapi alaya vijanananya harus menunggu antara 7 hinga7 X 7
hari, baru terlahir sesuai dengan karmanya. Boleh dikatakan, bahwa bagian badan
yang terakhir menjadi dingin itulah bagian terakhir yang ditinggalkan oelh
alaya-vijnana, namun janganlah meraba-rabanya dikarenakan ingin tahu. Yang
dimaksud antara sepuluh hingga duabelas jam, hanya perkiraan pada keadaan umum.
Keadaan cuaca ditempatnya juga akan ikut mempengaruhi, jika cuaca lebih panas
maka akan lebih cepat dan sebaliknya. Waktu diperpendek atau diperpanjangsesuai
dengan keadaan cuaca di tempat tersebut.
C. KEMANA PERGINYA ALAYA-VIJNANA SETELAH MENINGGALKAN BADAN
Di antara alam semesta yang tidak terbatas dan waktu yang
tiada ujung pangkalnya, segala keadaan yang dirasakan oleh alaya vijnana juga
tidak terbatas. Secara garis besar dapat dikatakan terbagi menjadi sepuluh
keadan yaitu :
- Empat keadaan bagi orang suci
- Enam keadaan bagi orang awam
Alaya-Vijnana dari sepuluh macam keadaan ini sama,
perbedaannya hanya terletak pada kesadaran yang suci dengan ketidaksadaran yang
ternoda, sehingga adanya perbedaan antara yang suci dengan yang awam, serta
yang terbebaskan dengan yang terikat. Karena adanya perbedaan baik dan buruk
dari kekuatan karma seseorang, maka terjadi perputaran kelahiran dan kematian
yang tiada habisnya. Itulah sebabnya dikatakan Dharmadhatu hanyalah alaya
vijnana belaka. Ini menerangkan bahwa menjadi suci atau menjadi awam, mendapat
kebahagiaan dan kebebasan atau penderitaan dan keterikatan dari karmavarana
(rintangan yang disebabkan oleh karma), semuanya karena perbuatan pikiran (mano
karma). Pikiranlah yang menentukan dan itulah sebabnya dikatakan segala sesuatu
diciptakan oleh pikiran.
Namun sekarang dalam masa kaliyuga (masa dunia yang keempat,
sebagai masa yang paling buruk) ini kalau mengandalkan kekuatan pribadi untuk
mencapai kesucian dalam 10 milyar orang yang melatih diri. Umat manusia
sekarang telah dipenuhi oleh kebodohan, pandangannya sesat, karma buruknya
berat, kebahagiaannya tipis, hambatan nya banyak, kebijaksanaannya dangkal.
Dengan demikian apakah kita harus selamanya terjerumus dalam perputaran
kelahiran dan kematian di trikola ini?
Buddha Sakyamuni karena welas asih Nya kepada umat manusia
yang hidup dimasa kaliyuga ini, secara khusus mengajarkan cara yang praktis,
yaitu berupa pengulangan nama Buddha dengan mudah dan terjamin. Beliau
mengatakan, bahwa di sebeleah Barat tereapat Buddha yang bernama Amitabha,yang
memiliki kekuatan tekad yang maha besar. Baik yang pintar maupun yang bodoh,
baik yang berbudi maupun yang semula berbuat jahat. Pendek kata semua makhluk
hidup, asalkan mau berbuat kebaikan dengan keyakinan penuh dan tekad yang teguh
serta bersungguh-sungguh mengulang nama Buddha Amitabha dan sepenuh hati
memohon supaya dapat dilahirkan di Sukhavati di sebelah Barat, maka ketika
sampai waktunya, Buddha Amitabha beserta para suciawan akan datang
menjemputnya. Ia akan segera terlahir di alam Buddha, terlahir dari bunga
teratai, usianya tidak terbatas, selamanya terhindar dari penderitaan kelahiran
dan kematian, sertra menikmati kebahagian yang luar biasa.
Maka dikatakan sebelum dan sesudah seseorang meninggal,
tidak boleh sembarangan di pindahkan dan ditangisi. Kawan dan kerabatnya harus
menjaga ketenangan di sekitarnya serta bersama-sama membaca nama Buddha
Amitabha, sehingga dapat membimbing alaya- vijnana yang meninggal untuk
terlahir di Sukhavati di sebelah Barat.
jadi alaya vijnana itu adalah?
BalasHapus